Rabu, 15 Desember 2010

STROKE MENYERANG USIA 18-45 TAHUN

Gaya hidup tidak sehat membuat mereka yang berusia muda, yaitu antara 18-45 tahun, semakin berisiko terkena stroke. Kebiasaan merokok dan mengonsumsi makanan berlemak meningkatkan risiko stroke di kalangan ini.

Stroke adalah gangguan fungsi otak karena pasokan darah ke otak terganggu. Gangguan pasokan darah ini bisa menyebabkan kerusakan permanen pada otak, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Dulu stroke banyak ditemukan pada orang lanjut usia. Namun, seiring dengan perubahan gaya hidup, terutama masyarakat di kota besar, stroke cenderung mulai menyerang usia muda atau kelompok usia produktif.
Menurut data dasar rumah sakit di Indonesia, seperti diungkapkan Yayasan Stroke Indonesia (www.yastroki.or.id), angka kejadian stroke mencapai 63,52 per 100.000 pada kelompok usia 65 tahun ke atas. Secara kasar, setiap hari dua orang Indonesia terkena stroke. 
Meski banyak menimpa usia tua, stroke di usia muda harus diwaspadai. Situs Yayasan Stroke Indonesia, menyebutkan ada kecenderungan stroke menyerang usia muda meski situs ini tidak menyebutkan berapa jumlah penderita stroke di usia muda.
Menurut dokter konsultan pembuluh darah otak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salim Harris, stroke bisa dibedakan menjadi dua, yaitu stroke perdarahan dan stroke sumbatan.
Stroke perdarahan paling banyak disebabkan oleh hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti aneurisma (pembuluh darah menipis). Tercatat 80 persen stroke perdarahan disebabkan karena hipertensi, sedangkan 20 persen disebabkan kelainan pembuluh darah.
Salim mengatakan, stroke perdarahan terjadi karena ketidakstabilan pada pembuluh darah. Lonjakan tekanan darah akan membentur pembuluh darah yang paling tipis hingga pecah dan terjadi perdarahan.
Penggunaan obat-obatan amfetamin dan konsumsi alkohol memicu terjadinya stroke perdarahan. Stroke perdarahan bisa terjadi baik di dalam otak maupun di dalam kantong otak. 
"Orang yang memakai amfetamin jantungnya memompa lebih cepat dari biasanya. Apabila ada pembuluh darah di otak yang menipis seperti aneurisma, maka pembuluh darah itu spontan bisa pecah," kata Salim.
Menurut penelitian di kalangan kesehatan, populasi laki-laki terkena stroke lebih banyak daripada perempuan, tetapi selisihnya tidak jauh berbeda. Sebagai gambaran, penelitian dari Northern Manhattan Stroke Study di Amerika menyebutkan, 53 persen laki-laki terkena stroke, sedangkan perempuan yang terkena stroke 47 persen.

STROKE tidak lagi hanya menyerang orang berusia lanjut. Perubahan gaya hidup yang jauh dari sehat, kini penyakit ini banyak menyerang anak muda. Apalagi penyebabnya?

Jumlah penderita stroke di Indonesia kian meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan, di dunia jumlah penderita stroke sudah menduduki urutan ketiga. Yang lebih membuat miris lagi, penyakit tersebut mulai menyerang para kawula muda.
"Penderita stroke yang paling muda yang pernah saya tangani adalah usia 30 tahun," ujar dokter Spesialis Bedah Saraf dari Rumah Sakit Mayapada Tangerang, Dr Syafrizal Abubakar SpBS.
Syafrizal menambahkan, perubahan gaya hidup telah menjadi pemicu stroke di kalangan usia muda. Kebanyakan kasus stroke di usia muda disebabkan mereka terlalu banyak mengonsumsi junk food atau makanan cepat saji atau tingkat stres yang tinggi
"Stres menyumbang hingga 20 persen penyebab stroke, "ungkapnya saat seminar stroke di RS Mayapada Tangerang.
Syafrizal menuturkan bahwa tidak heran jika orang-orang muda kerap kali mengalami stres yang bisa berakibat pada stroke atau darah tinggi. Di mana stres yang tidak bisa dikelola oleh penderita akan memicu naiknya tekanan darah dan berisiko terkena serangan jantung. Stres dapat pula menaikkan kadar kolesterol dalam darah.
"Kondisi ini yang nantinya membuat pembuluh darah tersumbat sehingga penderita rentan terhadap stroke," ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada ini.
Stres memang kondisi yang sulit dihindari. Namun dengan mengelola stres secara baik maka risiko terkena stroke dapat berkurang. Penelitian terbaru Universitas Cambridge, Inggris, yang dipublikasikan dalam Journal Stroke, menunjukkan orang yang mampu mengelola stres yang dideritanya, mengurangi risiko stroke sebesar 24 persen. Kesimpulan tersebut dibuat para peneliti setelah mengikuti riwayat kesehatan 20.000 orang selama tujuh tahun.
Dokter yang juga berpraktik di RSUD Tangerang ini juga menyarankan untuk bisa mengelola stres. Bisa dikatakan bahwa mengelola stres dengan baik bukan sesuatu yang mudah, tetapi tidak akan dirasa jika seseorang menyadari datangnya stres lebih awal.
Selain memanjakan diri, olahraga juga dapat membuat tubuh terhindar dari stroke. Biasakan setiap hari Anda melakukan olahraga ringan seperti joging, jalan kaki, atau aerobik. Dengan berolahraga, tubuh akan terasa bugar dan pikiran pun menjadi lebih positif sehingga segala beban hidup dapat dihadapi dengan baik dan bijaksana. "Berolahraga merupakan salah satu gaya hidup sehat agar tubuh dan jiwa tidak stres," ujarnya.
Stroke adalah serangan mendadak pada otak akibat pembuluh darah tersumbat atau pecah. Biasanya kondisi ini akan diikuti dengan gejala seperti nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan kejang mendadak, juga terjadi gangguan daya ingat, keseimbangan dan gangguan orientasi otak, waktu dan orang.
Stroke adalah serangan mendadak pada otak akibat pembuluh darah tersumbat atau pecah. Biasanya kondisi ini akan diikuti dengan gejala seperti nyeri kepala hebat, penurunan kesadaran dan kejang mendadak, juga terjadi gangguan daya ingat, keseimbangan dan gangguan orientasi otak, waktu dan orang. Seorang penderita stroke untuk pertama kali sering kali beranggapan bahwa dunia sudah hancur dan tidak bisa beraktivitas lagi secara penuh, karena terdapat kelumpuhan di salah satu anggota tubuhnya.
Penelitian yang ada menunjukkan bahwa 15 sampai 30 persen dari segala tipe stroke dapat mengakibatkan cacat permanen, baik fungsi motorik, kognitif, maupun kemampuan berbicara.
"Segera waspadai jika merasakan beberapa gejala stroke. Gejala yang bisa dirasakan seperti sakit kepala yang disertai atau diikuti gejala mual atau muntah, gangguan kesadaran, kejang, gangguan fungsi saraf (gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman, kelumpuhan dan bicara)," ujar spesialis bedah saraf dari RS Mayapada Tangerang, Prof DR Dr
Satyanegara, Sp BSdi acara yang sama. Satya menuturkan bahwa pencegahan secara dini sangat disarankan untuk menghindari terjadinya akibat stroke yang semakin parah. (Koran SI/Koran SI/tty

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Dodik Herusetyawan | © 2010 by DheTemplate.com | Supported by Promotions And Coupons Shopping & WordPress Theme 2 Blog